Selasa, 19 Januari 2010

askep Luka bakar (combustio)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Luka bakar (combustio) adalah luka yang unik diantara bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama..

B. Anatomi Fisiologi Kulit

1. Anatomi Kulit

Kulit tersusun drai 3 lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Setiap lapisan akan semakin berdiferensiasi (menjadi masak dan memiliki fungsi yang lebih spesifik). Ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis ke lapisan stratum korneum yang letaknya paling luar dengan ketebalan sekitar 0,1 mm pada kelopak mata hingga 1 mm pada telapak tangan dan kaki.

Melanosit, merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlihat dalam produksi pigmen melamin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melamin, maka semakin gelap warna kulit.

Epidermis melalui modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan ini paling tebal pada daerah telapak tangan dan kaki, dan menimbulkan keratin dalam jumlah yang lebih besar.

Dermis adalah bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit.

Jaringan subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit, rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan dan kaki. Lapisan subkutan dan struktur internal seperti otot dan tulang. Rambut terdiri dari akar rambut yang terbentuk dalam dermis, dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit.

2. Fisiologi Kulit

a. Perlindungan

Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja, padahal kulit memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan benda asing lainnya. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh utama trauma yang terus menerus terjadi didaerah tersebut.

b. Sensibilitas

Fugnsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri sentuhan yang ringan dan tekanan (sentuhan yang berat).

c. Keseimbangan air

Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan, bila kulit mengalami kerusakan. Misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah besar terdapat hilang dengan cepat, sehingga bisa terjadi kolaps sirkulasi, syok, serta kematian.

d. Pengaturan suhu

Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil pendukung metabolisme makanan yang memproduksi energi panas, ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik penting terlibat dalam kehilangan dari tubuh kelingkungan, pertama yaitu radiasi merupakan perpindahan panas ke benda lalin yang suhunya lebih rendah dan berada pada suhu jarak tertentu. Kedua, konduksi merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan lewat konduksi ke udara meliputi tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga yaitu konveksi yang terdiri atas pergerakan massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh.

e. Produksi vitamin

Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan menyebabkan deformitas tulang.

C. Etiologi

Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber panas kepada tubuh, panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi. Berbagai faktor yang dapat menjadi penyebab utama luka bakar, beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya : suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas, api, air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, konduksi / kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, ruangan yang tertutup.

Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :

1. Keluasan luka bakar

2. Kedalaman luka bakar

3. Umur pasien

4. Agen penyebab

5. Fraktur atau luka-luka lain yang menyertai

6. Penyakit yang dialami terdahulu, seperti : diabetes, jantung, ginjal, dan lain-lain.

7. Obesitas

8. Adanya trauma inhalasi.

D. Patofisiologi

1. Respon Sistemik

Perubahan patologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabilik. Pasien yang luka bakarnya tidak melampaui 20% dari luas total permukaan tubuh akan memperlihatkan respons yang terutama bersifat lokal. Insidensi, intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka bakar sebanding dengan luasnya luka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka yang mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuh.

2. Respon Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume daerah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan kurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun dan terjadi tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar, sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

3. Efek Pada Cairan, Elektrolit dan Volume Darah

Volume darah yang beredar akan menurunkan secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Disamping itu kehilangan cairan akibat evaporasi syok luka bakar dapat mencapai 3 hingga 5 l atau lebih selama periode 24 jam sebelum permukaan kulit yang terbakar ditutup. Selama syok luka bakar, respons kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi.

Pada saat luka bakar, sebagian sel darah merah dihancurkan dan sebagian lainnya mengalami kerusakan sehingga terjadi anemia. Kendati terjadi keadaan ini, nilai hematokrit pasien dapat meninggi akibat kehilangan plasma. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan, perawatan luka dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa serta tindakan hemodialisis lebih lanjut turut menyebabkan anemia. Transfusi darah diperlukan secara periodik untuk mempertahankan kadar hemaglobin yang gulasi, yang mencakup penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan masa pembekuan serta waktu protrombin yang memanjang juga ditemukan pada luka bakar.

4. Respon Pulmoner

Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjdi cedera pulmoner, hipoksia (starvasi oksigen) dapat dijumpai pada luka bakar yang berat, konsumen / konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolik dan respons lokal. Untuk memastikan tersedianya oksigen bagi jaringan, mungkin diperlukan suplemen oksigen.


E. Manifestasi Klinik

1. Kerusakan jaringan, nekrosis jaringan potensial

2. Disfungsi selular misalnya : pembengkakan sel.

3. Metabolisme anaerobik

4. Asidosis metabolik

5. Penurunan aliran darah 61

6. Resiko ileus

7. Penurunan aliran darah ginjal ; resiko gagal ginjal akut.

F. Klasifikasi Penyakit

Luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kedalaman Luka Bakar

a. Luka Bakar Ketebalan Partial (Partial Thickness Burn). Luka bakar ketebalan partial dibedakan menjadi luka bakar superfisial (super fisial thickness) dan luka bakar ketebalan partial dalam (partial fisial thickness burn). Luka bakar akibat terjemur matahari merupakan contoh dari tipe ini. Pada awalnya terasa nyeri dan kemudian gatal akibat stimulasi reseptor sensoris, biasanya akan sembuh dengan spontan tanpa meninggalkan jaringan parut (merupakan luka bakar Derajat I).

b. Cedera Ketebalan Partial Dalam (Deep Dermal Partial Thickness Burn). Merupakan luka bakar Derajat II mengenai lapisan epidermis dan dermis, termasuk kelenjer keringat sebasea, saraf sensoris dan motorik, kapiler, folikel rambut. Luka bakar ini terasa nyeri dan berwarna merah-pink, dan akan membentuk lepuh serta edema subkutan, tergantung pada kedalamannya. Luka ini akan sembuh dalam 3 hari-35 hari. Jika luka ini mengalami infeksi, atau suplai darahnya mengalami gangguan maka luka ini akan berubah menjadi luka bakar ketebalan penuh.

c. Luka Bakar Ketebalan Penuh (Full Thickness Burn). Biasanya disebut juga luka bakar Derajat III yang mengenai lapisan lemak. Lapisan ini mengandung kelenjer keringat dan akar folikel rambut. Semua lapisan epidermis mengalami kerusakan, luka akan tampak berwarna putih, merah, coklat atau hitam. Luka tidak akan menimbulkan rasa sakit karena semua reseptor sensoris telah mengalami kerusakan total.

2. Keparahan Luka Bakar

a. Cedera Luka Bakar Minor

Cedera luka minor adalah cedera ketebalan partial yang kurang dari 15% LPTT (luas permukaan tubuh total) pada orang dewasa dan 10% LPTT pada anak, atau cedera ketebalan penuh kurang dari 2% LPTT.

b. Cedera Luka Bakar Sedang

Tidak terkomplikasi adalah cedera ketebalan partial dengan 15%-25% dari LPTT pada orang dewasa atau 10% sampai 20% LPTT pada anak-anak atau cedera pada ketebaoan penuh kurang dari 10% LPTT yang tidak berhubungan dengan komplikasi.

c. Cedera Luka Mayor

Cedera ketebalan partial lebih dari 25% LPTT pada orang dewasa / 20% LPTT pada anak-anak. Cedera ketebalan penuh 10% LPTT / lebih. Luka bakar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki dan perineum, cedera inhalasi, cedera listrik, luka bakar yang berkaitan dengan cedera lain, misalnya : cedera jaringan lunak, fraktur / trauma lain.

3. Lokasi Luka Bakar

Luka bakar pada kepala, leher, dan dada seringkali mempunyai kaitan dengan komplikan abrasi pulmonal, luka bakar yang mengenai wajah sering menyebabkan abrasi kornea, luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis aurikular dan rentan terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendian sering membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak kehilangan pekerjaan. Luka bakar pada daerah perineal membuat mudah terserang infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan feces. Luka bakar sirkum ferensial ekstremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada gangguan vaskular distal.

4. Agen Penyebab Luka Bakar

Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan agen yang menyebabkan terjadinya luka bakr termasuk termal, listrik, kimia dan radiasi.

5. Ukuran Luka Bakar

Ukuran luka bakar ditentukan dengan salah satu dari metoda :

a. Rule of nine

Digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuran luka bakar yang cepat. Dasar dari perhitungan ini adalah dengan membagi tubuh kedalam bagian anatomi yang setiap bagian mencerminkan luas 9% dari LPT / kelipatan dari 9%.

b. Diagram bagan lund dan browder

Biasanya digunakan untuk menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-anak dan bayi diamana dalam bagian ini kelompok usia yang berbeda mempunyai keluasan yang berbeda.

6. Usia Korban Luka Bakar

Usia klien mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam perawatan luka bakar. Angka kematian tejadi lebih tinggi jika luka bakar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama mereka dalam kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia 65 tahun.

Ukuran luka bakar ( Metode Rule of Nine)

1. Kepala dan leher : 9 %

2. Ekstremitas kanan atas : 9%

3. Ekstremitas kiri atas : 9%

4. Tubuh belakang posterior : 18%

5. Tubuh belakang anterior : 18%

6. Ekstremitas bawah kanan : 18%

7. Ekstermitas bawah kiri : 18%

8. Perineum : 1%

G. Komplikasi Luka Bakar

1. Hipertrofi Jaringan Parut

Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu.

2. Kontraktur

Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan SDP : leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respons inflamasi terhadap cedera.

2. Pemeriksaan GDA : dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi penurunan PaO2 / peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.

3. Elektrolit serum

4. Pemeriksaan EKG : mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.

5. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

6. Foto rongent dada : dapat tampak normal pada pasca luka bakar dini meskipun dengan cederah inhalasi, namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif tanpa foto dada (SDPD).

7. Natrium urine random : lebih besar dari 20 mEg/L mengidentifikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10 mEg/L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.

8. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan ini terstisal / gangguan pompa natium.

9. Glukosa serum : peninggian menunjukkan respon stress.

10. Albumin serum : rasio albumin / globulin mungkin terbaloik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan

I. Penatalaksanaan

1. Perawatan Ditempat Kejadian

Diantaranya :

a. Mematika api

b. Mendinginkan luka bakar

c. Melepaskan benda penghalang

d. Menutup luka bakar

e. Mengirigasi luka bakar kimia

f. Terapi yang dilakukan / ditujukan kepada penciptaan saluran nafas yang lapang dan pemberian oksigen yang sudah dilembabkan.

2. Perawatan Medis Darurat

a. Pengkajian terhadap luka bakar dan dalamnya luka bakar diselesaikan.

b. Pembuatan foto-foto luka bakar dilakukan pada saat pertama dan secara berkala disepanjang penanganan luka bakar.

c. Penggunaan sprai dan selimut yang steril atau bebas dari kuman.

d. Penggunaan kateter urine dan faal ginjal yang lebih akurat.

3. Perawatan Kehilangan Cairan dan Syok

Dengan melakukan penggantian cairan tujuannya :

Volume total dan kecepatan pemberian cairan infus diukur berdasarkan respons pasien luka bakar, sehingga tekanan sistolik yang melebihi 100 mmHg, frekuensi nadi kurang dari 110 / menit dan haluaran urine sebanyak 30 hingga 50 ml/jam

J. Pengkajian

1. Kaji status klien dengan menanyakan nama, umur, alamat, pekerjaan, alamat klien.

2. Tanyakan kepada klien apa keluhan utamanya.

3. Observasi tanda-tanda vital klien.

4. Tanyakan riwayat kesehatan masa lalu klien, apakah mempunyai penyakit menular, penyakit yang pernah dialami itu apa, apakah ada alergi atau tidak. Bagaimana pola tidurnya, apakah pasien olahraga, bagaimana pola eliminasi (BAB dan BAK), bagaimana pola makannya (frekuensi, makanan kesukaan). Bagaimana kesehatan keluarga, apakah ada yang mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Bagaimana keadaan lingkungannya (perumahan, sumber air penyakit, / wc, penyakit yang sedang ada dilingkungannya). Bagaimana keadaan psikososial dan budaya keluarga (bagaimana kegiatan masyarakat yang diikutinya, hubungan dengan keluarga dan temannya). Bagaimana dengan pelaksanaan kegiatan ibadahnya.

5. Tanyakan riwayat penyakit sekarang. Apa alasan pasien mengunjungi rumah sakit, faktor pencetusnya apa, upaya apa yang dilakukan dalam menanggapi masalah tesebut.

6. Kaji keadaan klien dengan infeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, tapi karena klien mengalami luka bakar dibagian dada sampai batas pusar, tangan kanan dan kiri, serta wajahnya, sehingga pemeriksaan yang dilakukan hanya dengan inspeksi saja.

Inspeksi :

- Pemeriksaan umum. Bagaimana tingkat kesadaran klien, berapa tekanan darah, nadi, suhu tubuh klien, bagaimana status emosi klien.

- Melakukan pemeriksaan sistem integumen klien, bagaimana turgor kulit klien, apakah ada kotor / tidak, apa ada jaringan mati atau tidak, bagaimana lukanya.

- Bagaimana bentuk kepala, apa ada benjolan atau tidak, bagaimana bentuk rambutnya, kering atau berminyak.

- Bagaimana bentuk matanya, anemis atau ananemis, skleranya ikterik atau anikterik, pupil isokor atau anisokor, bagaimana fungsi penglihatannya baik atah tidak, menggunakan alat bantu atau tidak.

- Bagaimana keadaan mulutnya apa kering atau tidak, kotor atau tidak, apakah ada stomatitis, apakah klien menggunakan gigi palsu atau tidak, bagaimana keadaan lidahnya.

- Bagaimana lehernya apa ada pembesaran atau tidak.

- Bagaimana dadanya, apakah luka dadanya masih basah, apakah ada jaringan mati, bentuk dada simetris atau tidak, kulit dada apa ada nyeri tekan atau tidak.

- Bagaimana ekstremitas klien apakah klien dapat menggerakkan kaki dan tangannya secara bebas.

K. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul :

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial / luka bakar dalam).

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan kerusakan kulit / jaringan, pembentukan edema.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanantubuh.

4. Perubahan / disfungsi neurovaskuler perifer, perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan / interupsi aliran darah anterial / vena.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.

6. Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidakadekuat.

7. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik.

8. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan dan nyeri.

10. Ketakutan berhubungan dengan krisis situasi, perawatan dirumah sakit / prosedur isolasi.

11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat.

m. Evaluasi

1. Klien dapat bergerak dengan sempurna sebagaiamna orang normal.

2. Klien dapat makan dengan porsi habis

3. Klien dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

4. Luka klien dapat sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn dkk. 1992. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :EGC

Carpenito, Juall, Linda. 1992. Rencana asuhan Keperawatan Edisi 2 Jakarta : EGC

Brunner dan Suddarth. 2001. keperawatan Medikal bedah Edisi 8. Jakarta : EGC

Effendi, Christantie. 1992. Perawatan pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar